Masjid Al-Jihad; Kenangan Yang Tak Terlupakan

Dari MAN Karangampel, UIN Jogja sampai Masjid Al-Jihad

 

FU UIN (image:ushuluddin.uin-suka.ac.id)
Setelah lulus dari MAN Karangampel Indramayu, Jawa Barat, dengan modal nekad saya berangkat ke jogja, dengan tujuan ingin kuliah di UIN Jogja, Guru MAN saya yang baik hati dan sabar, sampai-sampai rela mengantarkan saya ke tempat Pak Musthafa (alm), di dusun Mundusaren Caturtunggal Depok Sleman. Oleh Guru saya Pak Riyadh dan sang istri Ibu Rosyidah, saya dititipkan ke beliau, saat itu tahun 2002, saya diterima dengan baik Oleh Pak Musthafa dan Istri.

Usut punya usut, dulu saat masih kuliah Ibu Rosyidah juga pernah tinggal di sini, ya tempat Pak Musthafa - yang belakangan saya kenal seorang dosen Fakultas Adab di UIN Jogja - menjadi tempat tinggal beberapa Mahasiswa, di samping rumah beliau dibangun Pondok Pesantren Mahasiswa, pondok itu beliau namai Pesantren Ulil Albab. Saat saya tiba ada sekitar 4-6 Mahasiswa yang tinggal di situ, mayoritasnya adalah dari STTNas Babarsari.

Selang beberapa bulan, saya memutuskan untuk pindah, sebab saya dengar hampir di semua Masjid dekat kampus menyediakan fasilitas serba gratis untuk Mahasiswa yang mau menjadi Takmir, fasilitas itu antara lain, air, listrik, tempat tinggal, dan uang lelah sebagai imbalan menjaga kebersihan masjid. Sebagai mahasiswa yang bermodal nekad, tentu hal itu sangat membantu meringankan beban biaya hidup dan kuliah saya di Jogja. Maklum saja, saat saya berkeinginan untuk kuliah, kata-kata yang saya ingat dari Ibu saya adalah, "Ibu ora sanggup biayai Kuliahe ira, ngerti dewek wong tuane ira kaya kenen, hasil mekayane bae pas-pasan" ( Ibu tidak sanggup membiayai kuliahmu, tahu sendiri keadan orang tuamu seperti ini, hasil kerja keras ibu saja pas-pasan - untuk kebutuhan hidup sehari-hari).

Tetapi walaupun begitu, orang tua saya ridha saya berangkat kuliah ke jogja, saya mantapkan hati utuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, sebab walaupun keadaan orang tua pas-pasan, tetapi dukungan moral dan do'a, selalu beliau panjatkan. Lagi pula Kakak-kakak saya juga mendukung dan siap membantu saya, walaupun keadaan mereka juga belum mapan.

Melihat kondisi ekonomi orang tua dan keluarga saya, saya memberanikan diri pamit ke Pak Musthafa untuk pindah ke Masjid, dan beliau pun mengizinkan, akhirnya saya meminta tolong kepada Pak Riyadh lagi untuk mencarikan info tentang Masjid yang butuh Takmir, disampaikan kepada beliau bahwa saya diminta menemui Pak Pamuji, beliau adalah salah satu karyawan di Fakultas Adab UIN Jogja, selang beberapa hari akhirnya saya bertemu dengan beliau, saya utarakan niat saya untuk pindah dari Pesantren Mahasiswa ke Masjid, dengan tangan terbuka pada keesokan harinya saya diantar oleh beliau ke salah satu Masjid di daerah Seturan, Caturtunggal, Depok, Sleman.

Sesampainya di Masjid tersebut, saya langsung dipertemukan oleh seseorang yang lebih dulu tinggal di situ, Mas Aris namanya, Dia asli orang Magelang, kuliah di Fakultas Dakwah UIN Jogja, Mas Aris pun, dengan hangat menyambut kedatangan saya, setelah bertemu Mas Aris, oleh Pak Pamuji saya diantar ke rumah salah seorang penasehat Masjid, Pak Haji Masyrif orang-orang situ biasa memanggilnya. di situ Pak Pamuji meminta izin untuk saya kepada Pak Haji Masyrif, agar saya bisa tinggal di Masjid, yang belakangan kuketahui Al-Jihad namanya.

Dari dua orang yang saya temui, semuanya dengan senang hati menerima saya, saya pun bersyukur, bertemu dengan orang-orang baik, mulai dari Pak Riyadh, Ibu Rosyidah, Pak Musthafa (alm) dan Istri, Pak Pamuji, Mas Aris dan Pak Haji Masyrif. Setelah saya tinggal di situ, saya pun menikmatinya, menikmati sebagai tukang adzan, bersih-bersih dan tugas-tugas lainnya. (Part: 1)


Popular posts from this blog

Syahadah Qiro'ati

Proposal Renovasi Tempat Wudlu

Mading Remaja Masjid