5 Tahun Tinggal Di Masjid

5 Tahun Tinggal Di Masjid; Seusia Kuliah Saya

 


Antara melanjutkan sekolah (kuliah) dengan bekerja memang pilihan yang cukup berat, dihadapkan pada kondisi ekonomi yang pas-pasan membuatku sulit untuk mengambil sebuah keputusan, beruntung dengan tekad yang kuat, serta pertolongan dari Allah SWT. hati saya mantap untuk berangkat ke Jogja.

1 Juni 2002, adalah hari di mana saya pertama kalinya menginjakkan kakiku di Jogja, memulai hari-hari baru bersama teman-teman baru, lingkungan baru dan segalanya serba baru bukanlah perkara yang mudah bagiku, namun karena hati sudah bertekad bulat, saya memutuskan untuk tetap bertahan, walau hati ingin pulang ke kampung halaman.

Perlahan, suasana di jogja membuat hati merasa nyaman, apalagi selang beberapa bulan saya sudah mulai masuk kuliah, di UIN Jogja.

Satu hal yang menarik bahwa, Masjid di Yogyakarta, khususnya yang berdekatan dengan kampus, hampir semuanya dihuni oleh para mahasiswa. Memang masjid-masjid di sini sengaja menyediakan tempat tinggal untuk mahasiswa yang bersedia menjadi Takmir Masjid, Tugas-tugas ketakmiran yang dibebankan kepadanya antara lain; Muadzin, bersih-bersih, membantu kegiatan Taman pendidikan Al-Qur'an (TPA),dan tugas-tugas lainnya.

Pun termasuk saya adalah salah satu dari sekian banyak mahasiswa yang tinggal di Masjid. Masjid yang menajdi tempat berteduh saya adalah Masjid Al-Jihad, yang beralamatkan di dusun Seturan desa Caturtunggal, Depok, Sleman. Selama kuliah sampai lulus (2002-2007) saya bertempat tinggal di sini.

5 Tahun tinggal di Masjid, memberikan kenangan tersendiri bagi saya, suka duka, pahit manis, telah saya lalui di  Masjid ini. Namun satu hal yang takkan pernah lupa, bahwa dari Masjid ini saya dapat bertahan hidup, dari masjid ini pula saya dapat menyelesaikan kuliah, fasilita-fasilitas seperti kos-kosan, air, listrik dan lainnya telah disediakan di sini, sungguh ini sangat membantu dalam perjalananku selama 5 tahun kuliah di UIN Jogja.

Dari 5 tahun tinggal di Masjid pula, saya mendapatkan manfaat yang sangat luar biasa, seperti misalnya saya terbiasa melaksanakan shalat berjamaah, bangun pagi-pagi, dan tentu menambah jumlah sahabat, yang saya anggap sebagai kerabat, dan mereka pun memperlakukan saya seperti keluarganya sendiri.  (Part II-habis) Part I baca di sini


Popular posts from this blog

Syahadah Qiro'ati

Proposal Renovasi Tempat Wudlu

Mading Remaja Masjid